A. Pengertian Media
Istilah media
berasal dari bahasa latin, yaitu medium yang memiliki arti perantara. Dalam
Dictionary of Education, disebutkan bahwa media adalah bentuk perantara dalam berbagai
jenis kegiatan berkomunikasi. Sebagai perantara, maka media ini dapat berupa
koran, radio, televisi bahkan komputer. Gagne (dalam Sadiman, dkk, 2002)
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa
yang dapat merangsangnya untuk belajar. Lebih lanjut, Briggs (dalam Sadiman,
dkk, 2002) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Lebih lanjut,
dalam proses pembelajaran dikenal pula istilah media pembelajaran. Suyitno
(1997) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah suatu peralatan baik berupa
perangkat lunak maupun perangkat keras yang berfungsi sebagai belajar dan alat
bantu mengajar. Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran, maka media
belajar ini akan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing bahan ajar yang
akan disajikan juga memperhatikan karakteristik siswa.
B. Jenis-Jenis Media
Saat ini,
dengan cepatnya teknologi komunikasi maka semakin banyak pula media komunikasi
yang muncul. Pada pembahasan ini, media komunikasi yang dimaksud adalah media
untuk membantu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Beberapa media
yang dimaksud adalah komputer (internet), peralatan audio seperti tape recorder
dan peralatan visual seperti VCD/DVD.
1. Komputer
Perkembangan
perangkat komputer saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hampir setiap
bulan muncul genre-genre baru dalam dunia komputer. Sebagai contoh adalah
perkembangan prosessor sebagai otak dalam sebuah komputer mulai dari Intel
Pentium 1 sampai dengan Pentium 4. Sebagian orang belum bisa menikmati
kecanggihan Prosesor Pentium 4, saat ini sudah muncul Centrino bahkan Centrino
Duo Core. Belum lagi sebagian orang berpikir kehebatan Centrino Duo Core, telah
muncul pula AMD 690.
Pesatnya
perkembangan teknologi komputer ini memang sebagai jawaban untuk akses data
atau informasi. Perubahan di masyarakat yang semakin cepat pada akhirnya
menuntut perkembangan teknologi komputer yang semakin canggih. Saat ini
dibutuhkan akses data yang cepat, sehingga pada akhirnya prosesor yang ada juga
semakin cepat
2. Peralatan Audio
Perkembangan
peralatan audio saat ini juga mengalami perkembangan yang pesat. Peralatan
audio yang di pergunakan dalam proses bimbingan dan konseling seperti tape
recorder. Penggunaan tape recorder ini antara lain adalah untuk merekam sesi
konseling dan memutar kembali hasil-hasil yang diperoleh selama sesi konseling.
Tape recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman. Kaset memiliki pita magnetik yang berfungsi untuk menyimpan data atau informasi percakapan.
Tape recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman. Kaset memiliki pita magnetik yang berfungsi untuk menyimpan data atau informasi percakapan.
Saat ini telah
berkembang alat perekam yang tidak membutuhkan pita perekam. Alat ini disebut
MP3 dan MP4. Pada dasarnya alat ini berfungsi sebagai player, dimana di dalam
alat ini terdapat sebuah mini harddisk yang memiliki kapasitas sampai dengan 4
Gb. Sebagai sebuah player, maka alat ini dapat memainkan musik dan dapat
dipergunakan untuk merekam suara.
Ukuran MP3 dan
MP4 saat ini amat kecil jika dibandingkan dengan sebuah mini tape recorder
biasa. Seringkali kita jumpai, alat MP3 atau MP4 seukuran sebuah spidol atau
ballpoint
3. Peralatan Visual
Alat visual
dapat bermacam-macam ragamnya seperti video player dan VCD/DVD player. Pada
awalnya, penggunaan peralatan visual adalah dengan mempergunakan projector.
Penggunaan proyektor ini dipandang tidak efisien, karena dalam proses
produksinya membutuhkan tahapan-tahapan yang panjang. Mulai dari merekam gambar
sampai dengan menampilkan gambar. Bahkan seringkali dijumpai mutu gambar yang
tidak bagus dan bahkan mudah rusak. Sehingga lambat laun peralatan ini mulai
ditinggalkan.
Video player
dulu merupakan peralatan yang lumayan banyak dipergunakan orang. Hanya saja,
saat ini sudah banyak ditinggalkan karena proses produksinya tertalu berbelit.
Untuk menghasilkan sebuah hasil rekaman yang baik, dibutuhkan kamera perekam
yang lumayan besar dan berat, selain itu kaset yang dipergunakan juga relatif
besar, sehingga dipandang tidak praktis. Terlebih, hasil rekaman seringkali
tidak begitu jernih.
Peralatan
visual yang sering kita jumpai antara lain adalah video player atau CD player.
Peralatan ini banyak dijumpai karena memiliki tingkat pengoperasian yang mudah
dan memiliki harga yang relatif murah. Penggunaan video player ini tidak akan
bisa lepas dari keberadaan sebuah disc atau keping VCD/DVD. Dengan kecanggihan
teknologi yang ada saat ini, proses perekaman gambar tidak perlu mempergunakan
perangkat yang bermacam-macam. Saat ini telah berkembang alat perekam
(handycam) yang secara langsung dapat merekam gambar langsung ke dalam keping
VCD/DVD. Dengan kata lain, pengoperasian VCD/DVD ke player akan semakin mudah.
Perkembangan
teknologi informasi saat ini, pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan konsumen
menikmati hiburan antau informasi dengan efisien. Hal ini pada akhirnya
memunculkan perangkat-perangkat multi media. Teknologi multi media yang
berkembang saat ini sudah demikian canggihnya, sehingga sehingga seringkali
konsumen bingun untuk memilih teknologi apa yang akan dibeli.
Saat ini peralatan komputer yang dijumpai di pasaran pun sudah mempergunakan teknologi multi media. Dulu, komputer hanya dipergunakan sebagai alat pengolah data saja. Tetapi selanjutnya berkembang juga sebagai alat entertainment. Komputer saat ini hampir bisa dipergunakan untuk membantu segala macam permasalahan manusia, mulai dari mengolah data sampai dengan memproduksi sebuah tayangan video yang baik.
Saat ini peralatan komputer yang dijumpai di pasaran pun sudah mempergunakan teknologi multi media. Dulu, komputer hanya dipergunakan sebagai alat pengolah data saja. Tetapi selanjutnya berkembang juga sebagai alat entertainment. Komputer saat ini hampir bisa dipergunakan untuk membantu segala macam permasalahan manusia, mulai dari mengolah data sampai dengan memproduksi sebuah tayangan video yang baik.
C. MANFAAT PENGGUNAAN MEDIA DALAM
KONSELING
Tidak dapat
disangkal bahwa saat ini kita hidup dalam dunia teknologi. Hampir seluruh sisi
kehidupan kita bergantung pada kecanggihan teknologi, terutama teknologi
komunikasi. Bahkan, menurut Pelling (2002) ketergantungan kepada teknologi ini
tidak saja di kantor, tetapi sampai di rumah-rumah.
Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Komputer
merupakan salah satu media yang dapat dipergunakan oleh konselor dalam proses
konseling. Pelling (2002) menyatakan bahwa penggunaan komputer (internet) dapat
dipergunakan untuk membantu siswa dalam proses pilihan karir sampai pada tahap
pengambilan keputusan pilihan karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan
membuka internet, maka siswa akan dapat melihat banyak informasi atau data yang
dibutuhkan untuk menentukan pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Data-data yang
didapat melalui internet, dapat dianggap sebagai data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson, dalam Pelling 2002; Hohenshill,
2000). Data atau informasi yang didapat melalui internet adalah data-data yang
sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini sangat beralasan, karena data
yang ada di internet dapat dibaca oleh semua orang di muka bumi. Sehingga kecil
kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa data-data sampah.
Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
- Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih menarik;
- Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan siswa;
- Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan;
- Akan memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
- Tidak akan memunculkan kebosanan;
- Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website; dan
- Terdapat pengaturan yang baik
Selain penggunaan internet seperti yang telah diuraikan di
atas, dapat dipergunakan pula software seperti microsoft power point. Software
ini dapat membantu konselor dalam menyambaikan bahan bimbingan secara lebih
interaktif. Konselor dituntut untuk dapat menyajikan bahan layanan dengan
mempergunakan imajinasinya agar bahan layanannya tidak membosankan.
Program software power point memberikan kesempatan bagi
konselor untuk memberikan sentuhan-sentuhan seni dalam bahan layanan informasi.
Melalui program ini, yang ditayangkan tidak saja berupa tulisan-tulisan yang
mungkin sangat membosankan, tetapi dapat juga ditampilkan gambar-gambar dan
suara-suara yang menarik yang tersedia dalam program power point. Melalui
fasilitas ini, konselor dapat pula memasukkan gambar-gambar di luar fasilitas power
point, sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar yang disajikan melalui program power point
tidak statis seperti yang terdapat pada Over Head Projector (OHP). Konselor
dapat memasukkan gambar-gambar yang bergerak, bahkan konselor bisa melakukan
insert gambar-gambar yang ada di sebuah film.
Media lain yang dapat dipergunakan dalam proses bimbingan
dan konseling di kelas antara lain adalah VCD/DVD player. Peralatan ini
seringkali dipergunakan oleh konselor untuk menunjukkan perilaku-perilaku
tertentu. Perilaku-perilaku yang tampak pada tayangan tersebut dipergunakan
oleh konselor untuk merubah perilaku klien yang tidak diinginkan (Alssid &
Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002). Dalam proses pendidikan
konselor pun, penggunaan video modeling ini juga dipergunakan untuk
meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan dikembangkan bagi
calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam Baggerly, 2002).
Sebelum VCD/DVD player ini ditayangkan, seorang konselor sebaiknya
memberikan arahan terlebih dahulu kepada siswa tentang alasan ditayangkannya
sebuah film. Hal ini sangat penting, sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan
film tersebut ditayangkan, maka siswa akan memiliki kerangka berpikir yang
sama. Setelah film selesai ditayangkan, maka konselor meminta siswa untuk
memberikan tanggapan terhadap apa yang telah mereka lihat. Tanggapan-tanggapan
ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana klien berpikir dan bersikap, yang
kemudian diharapkan akan dapat merubah perilaku klien atau siswa.
D. Kerugian Penggunaan Media dalam Konseling
Pelling (2002) menyatakan bahwa, walaupun saat ini
masyarakat sangat tergantung pada teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak
diantara kita yang mengalami ketakutan untuk mempergunakan teknologi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat kita
masih percaya bahwa pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh orang tua atau
orang yang dituakan masih dianggap lebih baik. Hal ini tidak lepas dari budaya
paternalistik yang melingkupi masyarakat kita.
Sebaik apapun teknologi yang berkembang, tetapi jika pola
pikir masyarakat masih terkungkung dengan nilai-nilai yang diyakini benar, maka
data atau informasi yang didapat seakan-akan menjadi tidak berguna. Sebagai
contoh, seorang siswa akan memilih jurusan di perguruan tinggi. Mungkin mereka
akan mencari informasi sebanyak mungkin, dan konselor akan memfasilitasi
keinginan mereka. Tetapi, pada saat mereka dihadapkan untuk menentukan dan
memilih jurusan yang akan diambil, maka tidak jarang dari mereka akan berkata,
“Saya senang dengan jurusan A, tetapi nanti tergantung pada orang tua saya”.
Contoh lain, saat ini perkembangan teknologi sudah
berkembang dengan demikian pesat. Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa
dibatasi rentang ruang dan waktu. Tetapi dalam budaya tertentu, alat komunikasi
ini bisa menjadi “tidak bermanfaat”. Restu orang tua merupakan hal yang
dianggap sakral oleh sebagian budaya tertentu, bahkan meminta restu ini akan
lebih afdol jika dilakukan dengan melakukan sungkem. Untuk menunjukkan perilaku
ini, maka seringkali mereka melupakan kecanggihan piranti komunikasi yang sudah
canggih, walau jarak yang ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal lain yang
terkait dengan penggunaan media dalam bimbingan dan konseling adalah sasaran
pengguna seringkali disamakan. Walaupun ragam media sudah bermacam-macam,
tetapi media ini seringkali masih belum bisa menyentuh sisi afektif seseorang.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal istilah empati. Penggunaan media,
seringkali pula akan “menghilangkan” empati konselor, jika konselor
mempergunakan media sebagai alat bantu utama.
Klien datang ke
ruang konseling tidak selalu membutuhkan informasi dari internet atau komputer,
bahkan ada kemungkinan klien atau siswa datang ke ruang konseling juga tidak
membutuhkan bantuan dari konselor secara langsung melalui proses konseling.
Tetapi adakalanya, siswa atau klien datang ke ruang konseling hanya ingin
mendapatkan senyuman dari konselor atau penerimaan tanpa syarat dari konselor.
Sebagai benda
mati, peralatan teknologi yang ada saat ini hanya bisa bermanfaat jika
dimanfaatkan oleh mereka yang memahami penggunaan masing-masing alat tersebut.
Artinya penggunaan teknologi ini akan memunculkan efek yang baik jika
dijalankan oleh mereka yang paham peralatan tersebut. Sebaliknya, peralatan ini
akan memberikan dampak negatif jika pelaksananya tidak memahami dampak yang
akan ditimbulkan. Banyak contoh kasus dampak negatif penyalahgunaan teknologi
informasi seperti beredarnya rekaman video porno di ponsel, beredarnya video
porno bajakan yang dilakukan oleh anak negeri dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
- Media bimbingan dan konseling saat ini telah berkembang dengan pesat sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat;
- Media bimbingan dan konseling seperti internet akan menyediakan data atau informasi yang akurat bagi siswa;
- Hubungan konseling memerlukan empati, sehingga penggunaan media sebaiknya
- terbatas pada usaha perolehan data dan informasi saja;
- Untuk mempergunakan media bimbingan dan konseling perlu diperhatikan budaya yang dimiliki oleh siswa, sehingga pemilihan media bimbingan dan konseling akan efektif;
- Perlu pelatihan atau peningkatan kompetensi konselor dalam menguasai teknologi informasi;
DAFTAR PUSTAKA
Baggerly, Jennifer. 2002. Practical
Technological Applications to Promote Pedagogical Principles and Active
Learning in Counselor Education. Journal of Technology in Counseling. Vol.
2_2.
Dryden, Gordon; dan Voss, Jeanette;
(1999), ”the Learning Revolution: to Change the Way the World Learn”,
the Learning Web, Torrence, USA, http://www.thelearningweb.net.
Hartono., Soedarmadji, Boy. 2005. Psikologi
Konseling. Surabaya: University Press UNIPA Surabaya.
Hohenshill, Thomas, H. 2000. High
Tech Counseling. Journal of Counseling and Development. V 78: 365-368.
Menanti, Asih. 2005. Konseling
Indigenous. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional ABKIN di Bandung
2005.
Pelling, Nadine. 2002. The Use
Technology In Career Counseling. Journal of Technology in Counseling. Vol.
2_2.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman
Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
———-, dkk. 2004. Panduan Kegiatan
Pengawasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.
Sadiman, Arief. Dkk. 2002. Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali
Press.
Sampson, James, P. 2000. Using the
Internet to Enchance Testing in Counseling. Journal of Counseling and
Development. V 78: 348-356.
Suyitno, Imam. 1997. Pemanfaatan
Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal
Sumber Belajar: Kajian Teori dan Aplikasi. 4 Nopember 1997.
0 komentar:
Posting Komentar